Buah Merah Bukan Obat HIV/AIDS


Buah merah yang banyak tumbuh di wilayah pegunungan Papua belum terbukti secara klinis sebagai obat penyembuh HIV/AIDS.
   
"Dari hasil penelitian yang dilakukan Departemen Bio Kimia UI (Universitas Indonesia), komponen yang dipakai sebagai anti-HIV pada buah merah ternyata tidak memberi respons pada hewan percobaan," kata Ketua Program Studi Farmasi Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Dr dr Ernie H Purwaningsih MS di Jakarta.
   
Dalam penelitian itu, pihak Bio Kimia UI menggunakan tikus sebagai hewan percobaan. Meski demikian, katanya, perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan percobaan lain guna memastikan apakah buah merah benar-benar bukan sebagai obat penyembuh HIV/AIDS.
   
Menurut Ernie, klaim buah merah sebagai obat penyembuh HIV/AIDS sebagaimana yang disugestikan oleh sebagian masyarakat Papua selama ini tidak bisa diterima begitu saja karena harus diteliti dan diuji kebenarannya melalui uji klinis selama beberapa kali.
   
Kasus HIV/AIDS saat ini menjadi masalah yang sangat krusial di Papua mengingat penularannya demikian cepat hingga menembus angka di atas 5.000 orang. Sebagian besar warga yang tertular HIV/AIDS di Papua merupakan penduduk lokal dari berbagai suku di Papua.
   
Ironisnya, jumlah penduduk lokal di pulau terbesar di ujung timur Nusantara itu saat ini diperkirakan hanya 2,5 sampai tiga juta jiwa.
   
Untuk menekan pertumbuhan kasus HIV/AIDS di Papua, Gubernur Papua Barnabas Suebu SH menetapkan tahun 2009 sebagai "tahun perang" terhadap HIV/AIDS.
   
Daerah dengan tingkat populasi HIV/AIDS tertinggi di Papua saat ini adalah Kabupaten Mimika dengan jumlah penderita HIV/AIDS per 31 Desember 2008 sebanyak 1.700 orang.(Kompas, Selasa, 19 Mei 2009)